Cerpen: Kado Nisan Untuk Ibu
![]() |
| Anak di makam (foto: istimewa) |
Kepergianmu sangat memukulku, aku tak tak punya tempat bercerita lagi, tempat yang memberikan kesejukan dalam setiap detiknya. Nasehatmu selalu menyejukkanku, tidak ada orang yang lebih damai darimu.
Mungkin aku dulu adalah orang yang paling sering membuatmu marah, karena kelakuanku yang nakal, aku pulang larut malam, tak mau makan tepat waktu, atau tak mau mandi tepat waktu ketika hari Minggu.
Sekarang aku sadar setiap marahmu adalah bentuk kasih sayangmu kepadaku. Namun, dulu aku mengartikan itu semua bukan sebuah bentuk kasih sayang. Sekarang hanya penyesalan yang tertinggal, sebab aku belum bisa membuatmu tersenyum dan bangga memiliki anak sepertiku.
Usai kepergianmu bu, ayah sekarang sakit-sakitan, ia juga merindukanmu di setiap momennya. Tapi ayah adalah orang yang kuat di hadapanku. Walau tengah memikul sakit yang diderita dan berat menahan rindu denganmu, ia selalu memberikan semangat-semangat membangun agar aku bisa lebih tabah dan kuat menghadapi semua ini. Doa ayah agar aku selalu bahagia di waktu yang akan datang, juga selalu menjadi penguatku kala capek dengan segala keadaan yang ku hadapi.
Saat ini aku sudah bekerja bu, walau gajiku tak begitu besar, tapi alhamdulilah masih cukup untuk kebutuhan sehari-hari walau aslinya ya harus menahan beberapa keinginan pribadiku, tapi seperti nasehatmu bu, tak apa sedikit asalkan berkah.
“Yang banyak belum tentu cukup, tapi yang sedikit kadang bisa mencukupi.”.
Hari ini aku berkunjung ke makam mu bu, aku menabung sedikit demi sedikit untuk memberimu kado ulang tahunmu. Maaf ya bu, jika kado yang kuberikan kepadamu bukan barang mewah atau mahal, aku hanya bisa mengirim doa agar kau terlindung dalam pelukan Tuhan, selain itu bu aku tadi membeli batu nisan baru untuk makam ibu.
Kayu nisan di makam ibu, yang terbuat dari kayu murah telah aus dimakan waktu, satu malah sudah hilang bu. Walau tak mahal bu semoga nisan ini bisa awet. Nisan ini terbuat dari keramik bu, berwarna hitam tertulis namamu dengan cat berwarna emas serta nama kakek dan tertulis juga tanggal dan hari yang saat itu adalah hari menggembirakan yaitu hari kelahiranmu. Tertulis juga hari dan tanggal yang membuatku bersedih di setiap malamnya yaitu saat ibu pergi dan tak pernah pulang kerumah lagi.
Aku tahu ibu pasti kangen aku dan ayah, tapi sabar dulu ya bu semua ada gilirannya sendiri. Aku dan ayah pasti akan datang menyusul ibu. Nanti kita akan bercengkrama dan saling bertukar cerita bagaimana sulitnya jalan yang telah kita lalui dan jalani selama ini tanpa ibu.
Bu titip salamku kepada Tuhan agar penyakit ayah segera diangkat olehnya, aku kasihan melihat ayah menanggung sakit ini, tubuhnya sudah semakin renta, tubuhnya kurus kering aku ingin ayah bisa menemaniku lebih lama lagi.
Sampai sini dulu ya bu, aku pamit pulang, nisanmu sudah terpasang dengan baik lagi.
Selesai.
Nb. CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA

0 Komentar