Pelukan Ayah Kepada Gadis Kecilnya

Ilustrasi anak perempuan dan ayah (Foto:Istimewa)
Munuris - Pagi tadi sekitar pukul 09.30 WIB. Di sela-sela menunggu seseorang di balai desa. Tiba-tiba terdengar jelas di telinga gemuruh suara sepeda motor berhenti di sampingku, ternyata datang seorang laki-laki berumur sekitar 35-40 tahun.

Ia terlihat berpakaian sederhana, hanya memakai kaos putih pemberian salah satu calon legislatif dan celana pendek berwarna hitam sebagai setelannya.

Mesin motor dimatikan, ia parkirkan sepeda bebek tanpa tanda nomor kendaraan tersebut di bawah pohon yang sudah tumbuh di balai desa sejak lama. 

Dalam hati, mungkin ada urusan dengan perangkat desa, namun ia tiba-tiba duduk dan terus mengamati anak-anak SD yang berada di samping balai desa. 

Anak-anak SD tersebut terlihat sedang asik bermain, sesekali laki-laki ini tersenyum, mengisyaratkan kebahagiaan.

Dalam hati masih terheran-heran, “Siapa dia kok senyum-senyum sendiri?,” .

Sekitar 30 menit, ada anak perempuan keluar dari kelasnya dan berjalan perlahan menuju balai desa, langkahnya tenang tak tergesa-gesa. Senyum laki-laki itu semakin lebar. Ketika gadis kecil tersebut makin dekat menghampirinya.

Gadis tersebut memberikan salamnya, dibalas dengan pelukan hangat laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut tampak sumringah seakan tengah melepas rindu lama.

Dalam pelukan tersebut, laki-laki ini juga memberikan kecupan di pipi kiri dan kanan anak tersebut. Aku tak tahu apakah mereka anak dan ayah atau keponakan dan paman, tapi terlihat sepertinya, mereka adalah ayah dan anak yang jarang bertemu.

Dari situ aku berfikir mungkin kelak jika takdir memberiku anak perempuan mungkin aku akan seperti itu juga, serta mengupayakan semaksimal mungkin untuk kebahagiaannya.

Kemudian berpikir lebih dalam, bahwa jika sudah waktunya dipertemukan dengan jodohku, tentunya aku akan menikahi sosok gadis kecil yang semasa kecil sangat disayang ayahnya. 

Jadi, mau bagaimanapun aku harus menyayanginya dengan sepenuh hati, mengusahakan kebahagiaan semaksimal mungkin, dan menjaga perasaannya sampai maut memisahkan. 

Sebab prinsip yang masih tak pegang, pernikahan adalah hal sakral. Seperti pesan dari Ibu “Rabi sampek pati (menikah itu dipisahkan kematian),”. 

Tak hanya itu, sebagai bentuk tanggung jawabku, aku harus menyiapkan segalanya secara baik, sebelum meminang gadis kecil ayah. Mau bagaimanapun ayah pasti akan memberikan segala yang terbaik untuk anak gadisnya.

Namun jika jodohku kelak adalah gadis yang sejak kecil tak memiliki sosok ayah, aku akan berusaha juga menjadi sosok laki-laki yang mencintainya sepenuh hati, dan berusaha menjadi seperti sosok ayah.

Bertepatan saat ini adalah musim pernikahan. Bagi kalian yang hendak menikah, jaga calon istrimu jangan siasiakan. Bagaimnapun nanti, dalam hiruk pikuk pernikahan, kelahiran istrimu adalah sebuah kabar baik bagi  keluarganya, istrimu adalah gadis kecil ayah, yang selalu dijaga dan diusahakan kebahagiaannya, jangan buat dia sedih karena mendua atau melakukan kekerasan, JANGAN.

Tuban 13 Juni 2024

0 Komentar

Type above and press Enter to search.